Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

Venue Multimedia-Metafisis

Gambar
Lay-Out Panggung Teater Lay-Out Denah Lokasi Lay-Out Lokasi Tampak Depan Lay-Out Lokasi Tampak Atas

Multimedia-Metafisis

Gambar
MULTIMEDIA METAFISIS 2012 ‘TOURING CULTURE’ Salah satu kekayaan adiluhung bangsa Indonesia adalah kemajemukan budaya yang jenius. Progresifitas budaya masa kini, hanyalah pengulangan budaya nenek moyang yang dahulu lahir dari ritual-ritual (upacara). Produk budaya modern–yang cenderung sering disebut sebagai budaya pop–tak pernah luput dari sifat inspiratif dan inovatif budaya masa lalu. Kejeniusan budaya Indonesia adalah pengawal sejati generasi masa depan yang diwarisi atas dasar kearifan lokal (local wisdom). Batik, wayang, keris, candi, reog, dsb. bukan semata-mata narasi di daftar isi katalog saja. Karena itulah, touring culture adalah upaya mengeksplorasi kekayaan budaya Indonesia (khususnya di Jawa Tengah) agar menjadi semacam peta budaya yang kini telah mengalami perombakan geografi. Bermaksud mengulang tradisi tahunan bernama Multimedia Metafisis yang telah berhasil mengumpulkan komunitas seni maupun seniman dari Semarang, Kendal, Pekalongan, Kudus, Pati, Jepara, Salatiga, Sol

Musikalisasi Puisi "Mengeja Kehidupan"

Gambar
Saksikanlah Live Concet Musikalisasi Puisi Teater Metafisis "Mengeja Kehidupan" pada Purna-Bhakti DEMA IAIN Walisongo di Audit 2 IAIN Walisongo Semarang, 7.30pm.

Sajak-sajak Reinkarnasi yang terpasak...

Gambar
Suatu entah Pada suatu entah Mereka menanggalkan baju-baju putih di ayunan Bertelanjang dan berkubang dalam diskusi terhebat Seorang anak dengan lihai berucap : "Hei kalian para bejat!" Yang lain hanya tertawa tanpa gelak Pad suatu entah yang sama Mereka mengenakan kembali baju putih yang tertanggal Dan berbaris menuju altar pertuhanan Seorang anak dengan lihai berucap: "Hei kalian yang bertanduk hitam!" Yang lain hanya menyorotkan tatap tanpa gerak Pada suatu entah yang sama Kembali terulang dan berkali Menyinggahi tubuh-tubuh telanjang para perawan tak terhormat dan berbaris satu persatu menyetubuhi bangsa terlaknat Kembali seorang anak dengan lihai berucap: "Hei kalian yang bertopeng pejabat!" Yang lain hanya terbahak tanpa melihat pekat Pada suatu entah yang menurutku adalah yang terakhir Kebali mereka berbaris dan digiring Seorang anak itu terakhior kali berucap: "Hei kalian yang penghianat, lukamu, rasamu dan jiwamu a