Langsung ke konten utama

META HARI INI


 NGEGAS #4: Ziarah Literatur - Menapak Lembah-Lembah Musyawarah Burung Bersama M. Afifuddin Alfarisi, M.A

Dok. Teater Metafiis

    Teater Metafisis | Semarang, 20 April 2025. Gelaran keempat Ngegas: Ziarah Literatur - Menapak Lembah-lembah Musyawarah Burung Sastra yang diselenggarakan oleh Teater Metafisis menghadirkan ziarah literatur terhadap karya klasik sufi "Musyawarah Burung" karya Fariduddin Attar. Diskusi dipandu oleh M. Afifuddin Alfarisi, M.A, seorang peneliti filsafat, tasawuf, dan teknologi.
    Dalam forum ini, M. Afifuddin menegaskan bahwa Musyawarah Burung dapat dibaca sebagai sastra profetik — karya sastra yang tidak hanya menyampaikan pesan estetis dan etis, tetapi juga menyuarakan dimensi spiritual dan transenden. Sastra ini menggerakkan kesadaran menuju visi kenabian: perubahan batin, pembebasan spiritual, dan penyadaran kolektif.

Membedah Lewat Hermeneutik dan Semiotika

    Pendekatan hermeneutik digunakan untuk menggali makna mendalam, meskipun metode interpretasi psikologis terhadap penulis dinilai tidak memadai karena keterbatasan sejarah. 
    Oleh sebab itu, pendekatan semiotika dianggap lebih relevan untuk mengungkap lapis-lapis simbolisme teks.


Tiga Unsur dalam Semiotika: Tanda, Penanda, dan Pertanda

    Dalam kajian semiotika, khususnya sebagaimana dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure dan dikembangkan oleh Roland Barthes, makna tidak melekat pada benda, tetapi dibentuk melalui sistem tanda yang terdiri dari:

1. TANDA (Sign)

  Apa yang tampak di permukaan; bentuk fisik yang ditangkap oleh indra. Ini adalah wujud konkret yang memunculkan suatu makna, tetapi belum menjelaskan makna itu sendiri.[1]

Contoh:

  • Jas almamater UIN
  • Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)
  • Gambar burung dalam ilustrasi tasawuf
  • Kaligrafi arab
  • Suara adzan

2. PENANDA (Signifier)

    Elemen simbolik dari tanda; ciri khas yang membawa potensi makna. Penanda adalah komponen yang memberi petunjuk, bisa berupa kata, simbol visual, warna, gestur, atau kode budaya.[2]

Contoh:

  • Tulisan "UIN" di jas
  • Warna hijau-putih yang khas UIN
  • Bentuk huruf arab hiasan di dinding musholla
  • Logo institusi pada KTM

3. PERTANDA (Signified)

    Makna atau konsep yang dikomunikasikan melalui tanda dan penandanya. Ini adalah ide mental atau makna dalam pikiran yang muncul ketika kita melihat tanda dan mengenali penandanya.[3]

Contoh:

  • Mahasiswa UIN → identitas akademik Islam
  • KTM → status keanggotaan dalam sistem pendidikan tinggi
  • Azan di mushola → ajakan sholat, waktu berbuka saat ramadhan
  • Burung dalam Musyawarah Burung → simbol ruh manusia yang mencari Tuhan

Cara Sederhana Memahami Perbedaannya

Elemen

Apa Itu?

Contoh (Mahasiswa)

Tanda

Fisik

Jas almamater, KTM

Penanda

Simbolik

Logo UIN, tulisan di KTM

Pertanda

Makna

Mahasiswa UIN


Seperti dalam tokoh Musyawarah Burung, Hud-hud

  • Tanda: Burung Hud-hud (disebut dalam teks).
  • Penanda: Perilaku Hud-hud memimpin, mengajak rombongan burung.
  • Pertanda: Guru spiritual, suara hati, atau Nabi

Semiotika mengajak kita untuk memahami bagaimana makna tidak melekat langsung pada objek, tetapi dibentuk melalui struktur sosial dan budaya yang memediasi pengalaman kita terhadap objek tersebut. Karya Musyawarah Burung juga dibaca sebagai alegori perjalanan spiritual. Lembah-lembah yang dilalui para burung ditafsirkan sebagai simbol tahapan spiritual manusia — dari cinta, ego, hingga kefanaan.

Proses membaca simbol terdiri dari tiga tahap:

  1. Membaca (apa yang tertulis),
  2. Menerjemahkan (mengaitkan dengan konteks)
  3. Memaknai (menggali makna tersurat dan tersirat).

Ziarah literatur menjadi momentum pertemuan antara spiritualitas, keindahan seni, dan pemikiran yang penuh makna. Ini juga menunjukkan komitmen Teater Metafisis untuk menjadikan sastra sebagai alat untuk menyadarkan dan menghidupkan nilai-nilai. Forum ini tidak hanya sebagai tempat untuk merenung, tetapi juga sebagai langkah pertama dalam proses pembuatan produksi Teater Metafisis tahun ini. Seperti pepatah mengatakan, dunia teater selalu terkait dengan isu sosial—dan dalam hal ini, kekhawatiran tentang hilangnya makna dalam kehidupan modern, krisis spiritual, dan komersialisasi agama menjadi latar belakang yang menghidupi semangat pencarian, seperti yang terlihat dalam Musyawarah Burung.


Sampai jumpa di NGEGAS berikutnya!

NGEGASSS!!!!  Semakin Panas 🔥, Semakin Cerdas 💡



[1] Saussure (1916), Course in General Linguistics – Representamen adalah bentuk fisik yang menjadi bagian dari sistem tanda.

[2] Barthes (1972), Mythologies – Penanda adalah kode budaya atau bentuk ekspresi yang membentuk makna melalui sistem simbol.

[3] Chandler, Daniel (2007), Semiotics: The Basics – Pertanda adalah hasil proses makna yang ditangkap secara budaya dan kognitif oleh subjek.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater "Koran"

karya: agung widodo SINOPSIS sanah seorang istri yang selingkuh dengan orang tua kaya raya yang bernama mbah raken. suaminya sudah tidak mengurusinya lagi. suatu saat ia dan mbah raken yang sedang pijit-pijitan di warungnya sanah tertangkap oleh kamera seorang wartawan yang sedang meliput berita tentang rencana penggusuran oleh satpol pp. dalam rangka acara promosi kota. fotonya dimuat di headline sebuah koran harian kota. akhirnya proses perselingkuhan sanah dan mbah raken terbongkar oleh sebuah foto di koran. PROLOG PEMENTASAN narator membacakan sinopsis dan pemeran dari belakang layar. sementara di panggung, sanah ngalamun sendirian. selang beberapa detik mbah raken datang. berbincang-bincang sebentar lalu mereka akrab dan terlihat mesra sampai akhirnya mereka berdua saling berdekatan dan sanah terlihat dipijit oleh mbah raken. kemudian datang seorang wartawan yang memotret warung sanah. wartawan keluar. di slide menampilkan rekaman mesin percetakan koran yang sedang dalam proses pe...

Teater Akar "Mayat-Mayat Cinta" Mampir di IAIN Walisongo

"Menurutlah Drupadi, karena kau sudah menjadi milik kami! Kau adalah pelayan kami sekarang. Suamimu Yudhistira telah mempertaruhkan dirimu di arena perjudian. Dan dia telah kalah...! Dialog diatas adalah penggalan dari dialog naskah Mayat-Mayat Cinta karya Agung Wijaya. Naskah tersebut, kemaren malam (24/04/13) telah di pentaskan oleh Teater Akar FKIP Univ. Panca Sakti Tegal di Auditorium 1 IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Teater Metafisis Fak. Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Pementasan ini disutradari oleh Aoenk Modjo dengan actor 13 orang dan dibantu sekitar 20 tim produksi. Acara ini dimulai pukul 19:30 wib. Dibuka dengan opening art “KINI” oleh Teater Metafisis. Sekitar 200 penonton hadir di acara tersebut. Tidak hanya dari kalangan Teater Semarang (Fotkas), malam itu Hadir pula actor senior mbah Thohir dari Surabaya. Bedurasi sekitar 60 menit, pementasan ini usai pukul 21:15 wib dan dilanjut dengan diskusi pementsan. Pementsan kali ini merupakan rangkai...