Langsung ke konten utama

performance art "Cermin"




"CERMIN"

Siapa yang tidak tahu cermin? dari anak kecil sampai yang tua tahu bahkan membutuhkanya. cermin bisa didapat dimana saja: layar handphone, kaca spion, warna cat yang mengkilat, jernihnya air, dibola matamu. cermin adalah beda yang mampu menerima bentuk sesuai dengan aslinya. bentuk dan warna sama persis hampir tak bisa dibedakan antara asli dan yang tiruan. Bila tidak hati-hati dan jeli untuk melihat bahwa itu adalah cermin, maka tak jarang makian akan terus dilontarkan.

siapa mampu melihat cermin? Merasakan dan  mendengarnya?

Ada sebuah perumpaan yang mengatakan bahwa teater merupakan cermin bagi kehidupan. Cermin yang menggambarkan bagaimana keadaan sosial yang terjadi di masyarakat, bagaimana dan apa dampak dari sebuah kebijakan. Itulah yang secara disadari atau tidak ada relasi antara teater dengan kehidupan yang terjadi di masyarakat.

Dalam rangka mengapresiasi Hari Teater Dunia (Hatedu) Teater Metafisis mempersembahkan sebuah Perfom Art berjudul "Cermin, Buruk Rupa Cermin di Belah". Dipentaskan dengan perpaduan antara gerak teatrikal dan pembacaan puisi, berjudul Cermin karya Ronald Wan, naskah ini diperankan oleh dua orang aktor dan satu orang yang membaca puisi. Aktor pertama berperan sebagai manusia yang mengumbar janji namun menyimpan keburukan dari dirinya sendiri, sedangkan kator kedua berperan sebagai bayangan dari aktor pertama.

Naskah ini dipentaskan di pelataran Gedung F, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FuHum) UIN Walisongo Semarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater "Koran"

karya: agung widodo SINOPSIS sanah seorang istri yang selingkuh dengan orang tua kaya raya yang bernama mbah raken. suaminya sudah tidak mengurusinya lagi. suatu saat ia dan mbah raken yang sedang pijit-pijitan di warungnya sanah tertangkap oleh kamera seorang wartawan yang sedang meliput berita tentang rencana penggusuran oleh satpol pp. dalam rangka acara promosi kota. fotonya dimuat di headline sebuah koran harian kota. akhirnya proses perselingkuhan sanah dan mbah raken terbongkar oleh sebuah foto di koran. PROLOG PEMENTASAN narator membacakan sinopsis dan pemeran dari belakang layar. sementara di panggung, sanah ngalamun sendirian. selang beberapa detik mbah raken datang. berbincang-bincang sebentar lalu mereka akrab dan terlihat mesra sampai akhirnya mereka berdua saling berdekatan dan sanah terlihat dipijit oleh mbah raken. kemudian datang seorang wartawan yang memotret warung sanah. wartawan keluar. di slide menampilkan rekaman mesin percetakan koran yang sedang dalam proses pe...

Teater Akar "Mayat-Mayat Cinta" Mampir di IAIN Walisongo

"Menurutlah Drupadi, karena kau sudah menjadi milik kami! Kau adalah pelayan kami sekarang. Suamimu Yudhistira telah mempertaruhkan dirimu di arena perjudian. Dan dia telah kalah...! Dialog diatas adalah penggalan dari dialog naskah Mayat-Mayat Cinta karya Agung Wijaya. Naskah tersebut, kemaren malam (24/04/13) telah di pentaskan oleh Teater Akar FKIP Univ. Panca Sakti Tegal di Auditorium 1 IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Teater Metafisis Fak. Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Pementasan ini disutradari oleh Aoenk Modjo dengan actor 13 orang dan dibantu sekitar 20 tim produksi. Acara ini dimulai pukul 19:30 wib. Dibuka dengan opening art “KINI” oleh Teater Metafisis. Sekitar 200 penonton hadir di acara tersebut. Tidak hanya dari kalangan Teater Semarang (Fotkas), malam itu Hadir pula actor senior mbah Thohir dari Surabaya. Bedurasi sekitar 60 menit, pementasan ini usai pukul 21:15 wib dan dilanjut dengan diskusi pementsan. Pementsan kali ini merupakan rangkai...

META HARI INI

  NGEGAS #4: Ziarah Literatur - Menapak Lembah-Lembah Musyawarah Burung  Bersama M. Afifuddin Alfarisi, M.A      Teater Metafisis | Semarang, 20 April 2025. Gelaran keempat Ngegas: Ziarah Literatur - Menapak Lembah-lembah Musyawarah Burung Sastra yang diselenggarakan oleh Teater Metafisis menghadirkan ziarah literatur terhadap karya klasik sufi "Musyawarah Burung" karya Fariduddin Attar. Diskusi dipandu oleh M. Afifuddin Alfarisi, M.A, seorang peneliti filsafat, tasawuf, dan teknologi.      Dalam forum ini, M. Afifuddin menegaskan bahwa Musyawarah Burung dapat dibaca sebagai sastra profetik — karya sastra yang tidak hanya menyampaikan pesan estetis dan etis, tetapi juga menyuarakan dimensi spiritual dan transenden. Sastra ini menggerakkan kesadaran menuju visi kenabian: perubahan batin, pembebasan spiritual, dan penyadaran kolektif. Membedah Lewat Hermeneutik dan Semiotika      Pendekatan hermeneutik digunakan untuk menggali makna m...