MERANGKAK SANA SINI


MERANGKAK SANA SINI
Oleh R. DHIYA ULHAQ

Bisakah kau membayangkan
Siang tanpa matahari tanpa bulan
Hari-harimu saat ini tak seperti hari-hari kemarin
Langkah-langkahmu tak seelok langkah-langkahmu kemarin

Ah, Tuhan mengapa kau mendatangkannya?
Semua yang telah tertata berubah
Semua yang disusun rapi hancur tak tersisa
Yang ada hanyalah lamunan yang tak kunjung reda

Hahaha, bagaimana kabarmu kawan?
Senangkah kau dengan apa yang kau inginkan dahulu?
Bahagiakah kau ketika kau mendapatkan apa yang kau inginkan dahulu?
Aku tak sanggup melihat ketidakpuasan pada story WhatsAppmu

Hai kawan
Sudah berapa banyak sumpah serapah yang kau ucapkan dahulu
Kemana larinya ketika sumpah serapah yang kau ucapkan
Sudah ada di depan matamu?
Lucu lucu lucu sekali, yang diam hanyalah diam
Yang bermain dengan nyawa, tak henti-hentinya mencari celah untuk tertawa

Lihat lihat lihat hahaha
Berapa banyak halaman pertama dari surat kabar, dari berita-berita, dan dari mana saja
Entah kau membaca, mendengar, ataupun melihatnya
Kabar-kabar kematian yang tak kunjung usai
Kabar-kabar lara yang semakin membara

Sekarang lihatlah lihatlah!!!
Berapa banyak para pejuang-pejuang yang gugur
Berapa banyak mereka yang memegang tombak, binasa oleh tangannya sendiri?
Kabar-kabar itu melayang-layang di udara
Dan kai bukan hanya diam saja, kau angkuh dengan congkakmu yang senantiasa hadir di sampingmu

Apakah kau tahu
Keluarga dari pejuang itu, hanya bisa berdiam saja di bilik kamar sembari menanti pejuang itu pulang
Dan ketika para pejuang itu pulang, mereka pun hanya bisa diam saja, berharap tak ada tombak yang melekat pada tubuhnya
Dan tugasmu hanya diam saja, apakah kau tak mengerti?

Mereka yang berjuang merangkak kesana kemari
Ditolak mentah-mentah oleh siapa yang diperjuangkannya
Mau sampai kapan kau seperti ini?
Hei jangan sekali-kali kau mencari tombak
Dan jangan kau menyebar benih-benih tombak

Gelisah kita cukup sampai disini, bergerak beriringan saling membantu agar tak sempoyongan dalam candu yang syahdu.

Jember, 9 April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater "Koran"

Khalil Gibran