Langsung ke konten utama

BERBUDAYA SEBAGAI KEMAJUAN DAN CIRI KHAS BANGSA

Penulis Artikel (Crew Teater Metafisis)
Salam budaya....
Inilah suara anak muda yang geli akan krisis budaya yang di derita Indonesia. Mereka tiada henti berkarya demi tersampainya makna karya mereka, proses berkarya pun mereka tak hanya pikir dua kali melainkan berpikir berulang-ulang kali sampai lupa dirinya sendiri. Waktu demi waktu terbuang bukan untuk sia-sia tapi karena sebuah karya, secara perlahan mereka memberontak budaya asing untuk angkat kaki dari tanah bumi pertiwi ini. Sesungguhnya tanah bumi pertiwi ini tanah yang suci dari budaya-budaya yang tak punya sadar diri.

Di jaman modern ini banyak sekali penjajahan-penjajahan bangsa lewat budaya. Di indonesia sendiri sudah menjadi korban nasib penjajahan budaya itu, sehingga budaya-budaya asli daerah tergusur oleh budaya penjajah yang lebih fresh dan dengan gampang diterima oleh kaum-kaum muda. Padahal kaum muda seutuhnya harus bisa menjaga tegaknya budaya indonesia, entah para pewaris yang salah atau generasi yang tidak mempunyai kepedulian terhadap budaya bangsa. Memang sekarang ini indonesia dijajah terus-terusan oleh budaya barat. Sehingga membuat rakyat pecinta seni dan budaya kelaparan akan seni dan budaya indonesia.

Melihat fakta sendiri para pemimpin-pemimpin yang tersebar pelosok indonesia pun belum bisa maksimal mengangkat budaya daerah masing-masing. Sebenarnya tidak butuh uang dalam mengangkat budaya indonesia, yang dibutuhkan hanyalah kesadaran dan kepedulian saja. Kalaupun pakai uang, ujung-ujungnya uang itupun terbengkalai kurangnya trasnparansi. “jujur itu hebat” inilah penghargaan bagi pejabat-pejabat negara yang kuat iman dan taqwa menghadapi setan berdasi yang berlari dalam ranah politisi. Budaya korupsi sekarang ini tidaklah jarang melainkan kebiasaan seperti makan 3 kali sehari, televisi pun tiada henti menyuarakan berita hangat-hangat empuk itu untuk disantap dan diolah penonton dijadikan sebagai tolak ukur kesadaran bahwasannya korupsi itu tidak dianjurkan dalam kehidupan manusia yang manusiawi.

Demi kemajuan bangsa dan ciri khas budaya bangsa, anak muda rela mati tanpa nama hanya untuk mengorbankan dirinya sendiri memperjuangkan budaya indonesia. Kita tidak perlu susah-susah pergi ke luar negeri hanya untuk menyuarakan kata-kata lebay yang hanya sesaat. Biarkan orang asing tahu kerja keras kita dalam memperjuangkan budaya sehingga mereka sadar bahwasannya indonesia negara seribu budaya dan karya.

Salam Budaya.....!!!!!!
 Budayakan Salam.......

Tentang Penulis:
Artikel ini ditulis oleh Ainul Mukarob, crew aktif Teater Metafisis angkatan 2011.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater "Koran"

karya: agung widodo SINOPSIS sanah seorang istri yang selingkuh dengan orang tua kaya raya yang bernama mbah raken. suaminya sudah tidak mengurusinya lagi. suatu saat ia dan mbah raken yang sedang pijit-pijitan di warungnya sanah tertangkap oleh kamera seorang wartawan yang sedang meliput berita tentang rencana penggusuran oleh satpol pp. dalam rangka acara promosi kota. fotonya dimuat di headline sebuah koran harian kota. akhirnya proses perselingkuhan sanah dan mbah raken terbongkar oleh sebuah foto di koran. PROLOG PEMENTASAN narator membacakan sinopsis dan pemeran dari belakang layar. sementara di panggung, sanah ngalamun sendirian. selang beberapa detik mbah raken datang. berbincang-bincang sebentar lalu mereka akrab dan terlihat mesra sampai akhirnya mereka berdua saling berdekatan dan sanah terlihat dipijit oleh mbah raken. kemudian datang seorang wartawan yang memotret warung sanah. wartawan keluar. di slide menampilkan rekaman mesin percetakan koran yang sedang dalam proses pe...

Teater Akar "Mayat-Mayat Cinta" Mampir di IAIN Walisongo

"Menurutlah Drupadi, karena kau sudah menjadi milik kami! Kau adalah pelayan kami sekarang. Suamimu Yudhistira telah mempertaruhkan dirimu di arena perjudian. Dan dia telah kalah...! Dialog diatas adalah penggalan dari dialog naskah Mayat-Mayat Cinta karya Agung Wijaya. Naskah tersebut, kemaren malam (24/04/13) telah di pentaskan oleh Teater Akar FKIP Univ. Panca Sakti Tegal di Auditorium 1 IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Teater Metafisis Fak. Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Pementasan ini disutradari oleh Aoenk Modjo dengan actor 13 orang dan dibantu sekitar 20 tim produksi. Acara ini dimulai pukul 19:30 wib. Dibuka dengan opening art “KINI” oleh Teater Metafisis. Sekitar 200 penonton hadir di acara tersebut. Tidak hanya dari kalangan Teater Semarang (Fotkas), malam itu Hadir pula actor senior mbah Thohir dari Surabaya. Bedurasi sekitar 60 menit, pementasan ini usai pukul 21:15 wib dan dilanjut dengan diskusi pementsan. Pementsan kali ini merupakan rangkai...

META HARI INI

  NGEGAS #4: Ziarah Literatur - Menapak Lembah-Lembah Musyawarah Burung  Bersama M. Afifuddin Alfarisi, M.A      Teater Metafisis | Semarang, 20 April 2025. Gelaran keempat Ngegas: Ziarah Literatur - Menapak Lembah-lembah Musyawarah Burung Sastra yang diselenggarakan oleh Teater Metafisis menghadirkan ziarah literatur terhadap karya klasik sufi "Musyawarah Burung" karya Fariduddin Attar. Diskusi dipandu oleh M. Afifuddin Alfarisi, M.A, seorang peneliti filsafat, tasawuf, dan teknologi.      Dalam forum ini, M. Afifuddin menegaskan bahwa Musyawarah Burung dapat dibaca sebagai sastra profetik — karya sastra yang tidak hanya menyampaikan pesan estetis dan etis, tetapi juga menyuarakan dimensi spiritual dan transenden. Sastra ini menggerakkan kesadaran menuju visi kenabian: perubahan batin, pembebasan spiritual, dan penyadaran kolektif. Membedah Lewat Hermeneutik dan Semiotika      Pendekatan hermeneutik digunakan untuk menggali makna m...