Langsung ke konten utama

META HARI INI

 

NGEGAS #1: PEREMPUAN DALAM TEATER – KARAKTER ATAU KONSTRUKSI?

Arsip Metafisis

Semarang, 6 Maret 2025 – Divisi Sastra Teater Metafisis sukses menggelar diskusi perdana dalam program NGEGAS (Ngobrolin Gerak dan Sastra) dengan tajuk “Perempuan dalam Teater: Karakter atau Konstruksi?”. Topik ini dipilih karena menjadi momentum yang tepat untuk menjadi refleksi mengenai isu Perempuan bertepatan dengan International Woman Day, 8 Maret mendatang. Acara ini berlangsung pada Kamis, 6 Maret 2025, dihadiri oleh kru Teater Metafisis, dan menjadi wadah diskusi yang aktif dan dinamis.

Diskusi dimulai dengan pembagian kertas yang dimasukkan dalam Tabung NGEGAS, sebuah simbol bahan bakar pemantik diskusi. Setiap crew mengambil satu kertas, membaca pertanyaan atau pernyataan yang tertulis, lalu menanggapinya dan bertukar pikiran. Metode ini mendorong interaksi spontan dan refleksi terhadap topik yang dibahas.

Seiring berjalannya diskusi, muncul berbagai perdebatan menarik, mengenai sumber daya manusia dalam produksi teater. Ketika hanya ada aktor perempuan, apakah lebih baik mengganti naskah atau melakukan swap gender? Pertanyaan ini memicu berbagai perspektif, mulai dari tantangan antara mempertahankan hasil diskusi yang telah disepakati saat melakukan hunting naskah atau melakukan swap gender[1] .

Topik selanjutnya adalah keberadaan stereotip dalam pembagian tugas di lini artistik maupun non-artistik. Beberapa crew menyoroti bahwa pembagian kerja dalam teater masih sering didasarkan pada asumsi gender. Solusi yang diajukan adalah dengan memisahkan antara kinerja dan sifat pribadi. Menempatkan seseorang berdasarkan kinerjanya akan mempermudah evaluasi dan pencarian solusi ketika ada kendala, tanpa terjebak dalam validasi karakter yang bisa menghambat proses kreatif.

Tak hanya itu, pembahasan berlanjut pada pentingnya hubungan interpersonal dalam teater. Para crew sepakat bahwa komunikasi adalah kunci utama dalam membangun kerja sama yang solid. Selain itu, pembahasan tentang bagaimana menghadapi burnout, baik pada perempuan maupun laki-laki, menjadi refleksi penting agar keseimbangan berproses tetap terwujud.

Diskusi berlangsung hingga adzan Maghrib berkumandang, kemudian dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat di antara para crew.

Sebagai wadah eksplorasi proses kreatif, Teater Metafisis berkomitmen untuk terus mengangkat isu-isu kritis yang relevan dengan perkembangan teater dan kehidupan bermasyarakat. Diskusi NGEGAS #1 ini menjadi langkah awal dalam menghadirkan wacana dan ruang diskusi yang nyaman dalam penggarapan kesenian di Teater Metafisis.

Sampai jumpa di NGEGAS berikutnya!


NGEGASSS!!!!  Semakin Panas 🔥, Semakin Cerdas 💡

 



[1] Swap Gender : Swap gender dalam konteks teater adalah praktik mengganti jenis kelamin karakter dalam sebuah naskah untuk menyesuaikan dengan ketersediaan aktor atau untuk kepentingan eksplorasi artistik. Misalnya, jika dalam sebuah naskah ada karakter laki-laki, tetapi hanya ada pemeran perempuan yang tersedia, maka karakter tersebut bisa diubah menjadi perempuan atau dimainkan oleh perempuan tanpa mengubah identitas gendernya. Misal: Tokoh Rahadian menjadi Rahadiyanti dalam Naskah WC UMUM



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater "Koran"

karya: agung widodo SINOPSIS sanah seorang istri yang selingkuh dengan orang tua kaya raya yang bernama mbah raken. suaminya sudah tidak mengurusinya lagi. suatu saat ia dan mbah raken yang sedang pijit-pijitan di warungnya sanah tertangkap oleh kamera seorang wartawan yang sedang meliput berita tentang rencana penggusuran oleh satpol pp. dalam rangka acara promosi kota. fotonya dimuat di headline sebuah koran harian kota. akhirnya proses perselingkuhan sanah dan mbah raken terbongkar oleh sebuah foto di koran. PROLOG PEMENTASAN narator membacakan sinopsis dan pemeran dari belakang layar. sementara di panggung, sanah ngalamun sendirian. selang beberapa detik mbah raken datang. berbincang-bincang sebentar lalu mereka akrab dan terlihat mesra sampai akhirnya mereka berdua saling berdekatan dan sanah terlihat dipijit oleh mbah raken. kemudian datang seorang wartawan yang memotret warung sanah. wartawan keluar. di slide menampilkan rekaman mesin percetakan koran yang sedang dalam proses pe...

Teater Akar "Mayat-Mayat Cinta" Mampir di IAIN Walisongo

"Menurutlah Drupadi, karena kau sudah menjadi milik kami! Kau adalah pelayan kami sekarang. Suamimu Yudhistira telah mempertaruhkan dirimu di arena perjudian. Dan dia telah kalah...! Dialog diatas adalah penggalan dari dialog naskah Mayat-Mayat Cinta karya Agung Wijaya. Naskah tersebut, kemaren malam (24/04/13) telah di pentaskan oleh Teater Akar FKIP Univ. Panca Sakti Tegal di Auditorium 1 IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Teater Metafisis Fak. Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Pementasan ini disutradari oleh Aoenk Modjo dengan actor 13 orang dan dibantu sekitar 20 tim produksi. Acara ini dimulai pukul 19:30 wib. Dibuka dengan opening art “KINI” oleh Teater Metafisis. Sekitar 200 penonton hadir di acara tersebut. Tidak hanya dari kalangan Teater Semarang (Fotkas), malam itu Hadir pula actor senior mbah Thohir dari Surabaya. Bedurasi sekitar 60 menit, pementasan ini usai pukul 21:15 wib dan dilanjut dengan diskusi pementsan. Pementsan kali ini merupakan rangkai...

Profil Teater Metafisis

PROFIL TEATER METAFISIS SEJARAH Teater Metafisis, teater kampus yang bernaung di bawah Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, didirikan sejak 1986 untuk mewadahi minat mahasiswa terhadap dunia teater, seni rupa, sastra, dan musik. “Metafisis” sendiri bermakna “melampaui hal-hal yang fisik”, hal ini dapat dimaklumi karena disiplin ilmu yang dipelajari di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora pada saat Teater Metafisis berdiri, adalah ilmu-ilmu yang berhubungan tafsir, hadits, aqidah, dan filsafat (meski sekarang ada 4 jurusan, yakni TH, AF, PA, TP). Nama kelompok teater memberikan nuansa dan pencitraan makna terhadap apa yang mereka sajikan kepada publik. Prinsip para pekerja Teater Metafisis sejak awal sebenarnya tidak terlalu berbeda dalam memandang aktivitas berteater, yaitu, mereka memandang teater sebagai tempat mengekspresikan kreativitas berkesenian, tidak terpaku pada satu style (aliran) berkesenian, serta tidak pernah melepaskan diri dari tujuan “...