Langsung ke konten utama

Postingan

META HARI INI

  NGEGAS #1: PEREMPUAN DALAM TEATER – KARAKTER ATAU KONSTRUKSI? Arsip Metafisis Semarang, 6 Maret 2025 – Divisi Sastra Teater Metafisis sukses menggelar diskusi perdana dalam program NGEGAS (Ngobrolin Gerak dan Sastra) dengan tajuk “Perempuan dalam Teater: Karakter atau Konstruksi?” . Topik ini dipilih karena menjadi momentum yang tepat untuk menjadi refleksi mengenai isu Perempuan bertepatan dengan International Woman Day, 8 Maret mendatang. Acara ini berlangsung pada Kamis, 6 Maret 2025, dihadiri oleh kru Teater Metafisis, dan menjadi wadah diskusi yang aktif dan dinamis. Diskusi dimulai dengan pembagian kertas yang dimasukkan dalam Tabung NGEGAS , sebuah simbol bahan bakar pemantik diskusi. Setiap crew mengambil satu kertas, membaca pertanyaan atau pernyataan yang tertulis, lalu menanggapinya dan bertukar pikiran. Metode ini mendorong interaksi spontan dan refleksi terhadap topik yang dibahas. Seiring berjalannya diskusi, muncul berbagai perdebatan menarik, mengenai sumber da...
Postingan terbaru

KERESAHAN KARTINI

KERESAHAN KARTINI Oleh: Mei Selembar pecah-pecah puzzle kisah mari kita rajut kembali, wanitaku Kepada sebuah legenda yang perlu kita rayapi kembali Sebuah histori Adalah keresahan Kartini Ia menyentil feminis dan emansipasi dengan berani Mata-matanya basah penuh resah Jiwanya beranjak geram serigala Keresahan Kartini Ditebalkannya dinding identitas keperempuannya Bukan untuk melawan lelaki sediakala Hanya demi menyingkirkan jauh-jauh adat usang Melawan kolot yang diagungkan nenek moyang Ia gusar dalam remang Ia geram penuh pantang Perempuan dianggap kaum kelas dua Hidup serba berjarak kasta Dan wanita, sengaja diinjak penuh murka Kartini adakah perempuan Kartini menjilat lukanya sendirian Tiada yang lebih dalam dari pedihnya Ia terseok-seok sendirian Demi memahat pelan keadilan perempuan Kartini penantang diskrimasi Jiwa wanita penuh berani Tindak wanita penuh inspirasi. Blora, 20 April 2020

LANGKAH KAKIMU

LANGKAH KAKIMU Oleh : alifhang Langkah kakimu berjalan dengan kata Duri dan pecahan kaca menyebar duka Kau tolehkan pandangan ke setiap pecahan Telingamu penuh luka mendengar jeritan Lihat mawar itu penuh duri Kecantikannya meracuni Awas, terpesona! Kau dengar berita mawar Kecantikannya boleh ditawar Awas, penuh luka! Hey, aku! Yang berdiri tegak memandang langit Jiwamu mengambang sakit Penuh cabang Seringkah kau sujud kepada-NYA? Diantara keduanya langit dan bumi Aku berada di bumi Tak ada yang penting di atas langit Hanya ego keduniawian yang aku pikirkan Begitu aku mendapatkannya Kehampaan, Terus berjalan, dan bergerak Berkutat dalam lingkaran tanpa tujuan. Kau dengar tentang kata dan berita Kau lihat hanya tulisan Sedangkan ia hanya buatan, seolah Namun kau terus meyakini kebenarannya Dan ia besar, semakin besar. Mereka kelaparan Bayi - bayi butuh nutrisi Mereka menangis dan aku tak sanggup membeli Siapa? Siapa? Siapa? Kata ini pantas untuk s...

HURU HARA TANPA SENJATA

HURU HARA TANPA SENJATA Oleh: Alfian Afandi Tangis duka memecah kesunyian Mengusik ketenangan Mengganggu tidur nyenyak Membangunkan mimpi indah Rintihan sakit mereka derita Sesak nafas bagai terlilit tampar Suhu panas seperti api Tenggorokan mereka terus menyuarakan kesakitan Dokter-dokter kebingungan Pasien kian hari kian bertambah Sedang pasien yang lama belum pulih Kini hadir lebih banyak dan lebih banyak Sementara, Orang-orang di luar sana dihantui rasa takut Diterkam kecemasan pemberitaan media Terhantam badai krisis ekonomi tiada henti Orang-orang berlarian kesana kemari Mencari tempat aman untuk mereka sembunyi Mencari alat pelindung diri Beginilah huru hara 2020 Tidak menggunakan senjata perang Melainkan senjata medis Tak ada suara bom Melainkan suara jeritan rasa sakit dan kelaparan Kini... Tiada lagi anak kecil bermain di luar Tiada lagi para pelajar menimba ilmu ke sekolah Tiada lagi canda tawa perkumpulan orang-orang Semuanya memenj...

TAKTIK

TAKTIK Oleh: Umi Dua burung merpati datang, di depan pintu rumah, usuk dan kacanya sudah usang. Lalu semut-semut mencium aroma segar, berbaris dan runtut. Rajawali suaranya nyaring,cengkraman yang dibawa dijatuhkannya di atas tanah lapang nan gersang tapi tak mematikan. Kucing yang beradu lari dengan tikus mendengar itu, keluarlah semua kawanan dari sarang masing-masing. Kancil yang bijak beradu taktik dengan membagi rata. Semua berdiam diri dan bersemedi. Kemudian merpati datang, menagih hutang berdalih santunan. Jepara, 09 April 2020

KITA SEMUA BERSEDIH

KITA SEMUA BERSEDIH Oleh: Asyharul Ikhsan Siapa pemilik semua ini hutan, laut, sawah, dan api? Ada apa dengan semua ini? Nyawa manusia dan Pandemi yang tak kunjung mati dalam tubuh ibu pertiwi. Kita semua sama bersedih air mata yang tak kunjung reda mayat-mayat yang telah mati tubuh-tubuh manusia yang lemah terjangkit pandemi yang baru ini Dan apakah yang bisa kita lakukan?  Kita semua sama bersedih sama menangis dan sama termenung seperti seorang anak yang ditinggal pergi oleh ayahnya ke alam lain. Dan apakah kita mesti menunggu? Menunggu sama saja seperti kesedihan itu sendiri Kita semua sama bersedih pahlawan berguguran di garis depan uang tak bisa menggantikan nyawa mereka yang telah mati. Kita semua sama bersedih bersedih bersedih dan bersedih Yang kita bisa hanya berdoa dan berusaha sekuat tenaga. Rembang, 05 April 2020

TEROR DITENGAH MALAM

TEROR DITENGAH MALAM Oleh: Amirul Muminin a.k.a Amir Waktu telah menunjukkan pada tengah malam Semilir angin menusuk tulang rusuk Dan waktu, berganti Sepi senantiasa menemani gundah gulana Karena kabar derita, kerabat dekat gugur dilanda pandemi Dan aku melihat 108 juta orang teraniaya wabah, dan terlantar di dalam kamar yang sangat krusial Dikejauhan kudengar tangis seorang ibu kehilangan anaknya Jeritan histeris seorang perempuan terdengar disebuah perkampungan, akibat diusir oleh mata-mata yang awam dengannya Huru hara para pelajar yang asyik dengan pendidikan onlinenya Tidak sedikitpun gentar melihat suasana di medan pandemi Kelaparan menangisi seorang anak kecil yang terlantar akibat ditinggal mati kedua orang tuanya dan diusir oleh warga karena dicapnya akan mendatangkan petaka Para buruh, pedagang asongan, PKL, waria, PSK mereka berlibur untuk hari yang panjang Tanpa pekerjaan, tanpa usaha, tanpa uang, bahkan tanpa harga diri Media tak ada hentinya meledak...